Samarinda adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Timur. Kota Samarinda memiliki total luas wilayah 718 kilometer persegi. Populasi kota tersebut menurut catatan Badan Pusat Statistik Kota Samarinda tahun 2013 adalah 805.688 jiwa.
Secara geografis, seluruh wilayah Kota Samarinda berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara. Meskipun dikelilingi daratan, kota ini dapat dijangkau melalui perjalanan darat, laut dan udara. Hal ini dikarenakan Kota Samarinda dilalui oleh Sungai Mahakam yang membelah kota. Sungai tersebut menjadi gerbang menuju pedalaman Kalimantan Timur.
Secara demografis, mayoritas suku di Kota Samarinda adalah suku Kutai diikuti dengan suku Banjar, suku Dayak, suku Bugis, suku Jawa, suku Toraja, suku Sunda, suku Minang, dan etnis Tionghoa. Setidaknya, ada tiga bahasa yang umum digunakan sebagai bahasa sehari-hari di Kota Samarinda yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Banjar, dan Bahasa Kutai.
Fakta menarik lainnya, Kota Samarinda memiliki semboyan TEPIAN. Semboyan tersebut adalah akronim dari Teduh, Rapi, Aman, dan Nyaman. Kota ini memiliki fauna resmi Pesut Mahakam (Orcaelia brevirostris). Pesut Mahakam adalah sejenis mamalia yang sering disebut lumba-lumba air tawar. Fauna ini hampir punah sebab tinggal 50 ekor menurut catatan tahun 2007.
Kota Samarinda tadinya adalah salah satu wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Suku Banjar dari Batang Banyu bermigrasi ke daratan Kalimantan bagian timur pada tahun 1965. Mereka menyebar ke wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara yang di dalamnya meliputi kawasan yang sekarang disebut Samarinda.
Latar belakang mengapa Bahasa Banjar menjadi bahasa dominan mayoritas masyarakat Samarinda kemungkinan dipengaruhi oleh fakta bahwa ada banyak suku Banjar yang bermukim di daerah tersebut sewaktu Kerajaan Kutai Kartanegara tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Banjar. Hipotesis ini dibuat oleh tim peneliti dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1976.
Sementara itu, terdapat beberapa versi asal usul nama Samarinda. Menurut satu sumber, istilah Samarinda didapat dari bentuk rumah rakit di atas air yang harus sama tinggi antara rumah satu dengan rumah lainnya. Rumah rakit menjadi perlambang tidak adanya perbedaan derajat apakah kediaman tersebut milik pejabat atau rakyat jelata. Semua “sama” derajatnya, sama “rendah”-nya. Lokasi permukiman tersebut kemudian dinamakan Samarenda. Lama-kelamaan, istilah Samarenda dieja Samarinda.
Versi lain tentang asal usul nama Samarinda berasal dari tradisi lisan penduduk Samarinda. Mereka menyatakan bahwa nama Samarendah muncul karena posisi permukaan Sungai Mahakam sama rendahnya dengan pesisir daratan kota yang membentenginya. Menurut Oemar Dachlan, “sama-randah” yang merupakan Bahasa Banjar mengacu pada permukaan tanah yang tetap rendah, tidak bergerak, bukan mengacu pada permukaan sungai dengan ketinggian air bervariasi. Lama-kelamaan, istilah “sama-randah” berkembang menjadi “Samarinda.”
Kota Samarinda memiliki cukup banyak atraksi wisata untuk ukuran wilayah kota yang tidak terlalu besar. Objek-objek wisata andalan tersebut lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal daripada mancanegara. Setidaknya, ada empat jenis wisata yang terkenal yaitu wisata alam, wisata budaya, wisata religi, dan wisata belanja.
Kunjungi destinasi wisata Kota Samarinda bersama DOcar – Solusi Sewa Mobil Pilihan Anda. Pilih, Pesan, Bayar sewa mobil langsung dari perangkat Android Anda. Unduh di GooglePlay, gratis!
Kuliner Khas Samarinda yang terkenal sebagian besar berupa makanan berat bercitarasa gurih pedas. Masakan yang biasanya menjadi target wisata kuliner adalah Nasi Kuning, Soto Banjar, Ayam Cincane, Sate Banjar, Bubur Ayam Banten, Sup Ikan Akmal, Gado-gado Kemuning, Bakso Awang Long, dan Masakan Khas Kutai.